SANG PENAKLUK

11/10/2023 AbahBerfirman 0 Comments

    Ayah menulis surat ini dari masa lalu, ketika ayah baru saja menginjak umur 35. Tepat 5 tahun yang lalu ayah menikahi ibumu, perempuan yang ayah impikan seperti yang ayah tulis kepada kakakmu,setahun yang lalu.

    Banyak yang bertanya kepada ayah, kenapa pada waktu itu ayah hanya menulis surat kepada kakak saja, sedangkan kepadamu tidak. Bukan karena ayah tidak mau,tapi lebih karena takut.

    Ya, takut. Karena engkau lelaki sama seperti ayah, dan ayah mungkin tidak bisa menjadi panutan yang baik buatmu. ayah takut harapan-harapan yang akan ayah tulis ini nantinya akan membebanimu. ayah takut memberikan contoh yang kurang baik.

    Tapi anakku, mohon bacalah harapan-harapan ini dan lakukanlah sebisamu. Karena bagaimanapun, engkau akan punya kehidupan sendiri dan akan bertanggungjawab langsung kepada Penciptamu.

    Anakku tersayang,

    Saat ini engkau telah beranjak dewasa. Salah satu prinsip yang harus kamu pegang adalah, bukan fisik dan harta yang akan menjadi penolongmu. Namun akal budi dan karaktermu yang akan menuntunmu menyelesaikan segala masalah.

    Hidup adalah ujian menuju kehidupan selanjutnya. Apapun yang terjadi dalam hidupmu kelak, bahagia, kecewa, gagal, berhasil, kaya ataupun miskin, adalah ujian. Kadang apa yang kita pikirkan baik, belum tentu baik bagi kita dan sebaliknya. Jalani saja semua sebaik-baiknya dengan semangat memberi. Setiap yang menanam akan menuai. Percayalah, tidak ada yang sia-sia dari setiap tetes keringat dan usahamu.

    Kau tentu saat ini sedang bersekolah. ayah tidak akan pernah menuntutmu menjadi yang terbaik. Tapi ayah akan selalu memberikan semangat kepadamu untuk memberikan yang terbaik. Kita dianugerahi potensi, dan apabila kita tidak berusaha keras dan memberikan yang terbaik, alangkah tidak bersyukurnya kita ini.

    Jangan lihat hasilnya, kerjakan dulu semua pekerjaanmu dengan sepenuh hati, dan hasil akan mengikuti.

Anakku tersayang,

    Salah satu hal terpenting bagi seorang lelaki adalah bijak. Itulah sebabnya Pemimpin yang bijak selalu dicintai rakyatnya. Kita harus bijak dalam segala hal, mulailah dari hal yang kecil, seperti memilah mana hal yang penting,dan hal yang tidak penting.

    Selalu pikirkan esensi dari setiap aksi, dan berusahalah untuk bertindak berdasarkan akal budi. Apa esensi dari sekolah? Tentu bukan untuk mendapatkan nilai bagus, tapi untuk mendapatkan ilmu, sebagai bekalmu menyelesaikan masalah. Dan percayalah, setiap solusi yang kau tawarkan kepada dunia akan dihargai sebagaimana mestinya.

Hiduplah menjadi bagian dari solusi,bukan menjadi masalah yang membebani.

    Apakah esensi dari bekerja? Tentu bukan untuk menjadi kaya, namun untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Memberikan kontribusi pada masyarakat, menghasilkan suatu karya yang berguna. Tentu lelahmu akan terbayar sempurna ketika kau rebah setiap malamnya.

Anakku tersayang,

    Bercita-citalah yang tinggi, namun tentu lakukan hal-hal kecil untuk mengasah etos kerja dan kepekaanmu. Walaupun kau lelaki, bantulah pekerjaan di rumah dengan ikhlas. Menyapu, mengepel, buang sampah, merapikan kamar tidur, bahkan membantu ibu mu memasak.

    Janganlah malu melakukan pekerjaan yang menurut orang lain remeh, tapi malulah jika kamu tidak bekerja,dan tidak menghasilkan sesuatu yang berguna.

Lebih baik membangun gubuk daripada bermimpi memiliki istana

    Lakukan dan selesaikan setiap pekerjaanmu, karena pekerjaan yang selesai lebih baik daripada engkau terengah mengejar kesempurnaan.

Anakku tersayang,

    Jika esensi sekolah adalah untuk belajar, maka perlu kau ingat bahwa belajar tidak hanya di sekolah, dan belajar tidak hanya tentang mata pelajaran. Dunia ini adalah tempat belajarmu seluruhnya, maka, isi masa remajamu dengan kegiatan ekstra kurikuler. Ikutlah Pramuka, Pecinta Alam, OSIS, ataupun Teater. Bermusiklah, menulislah, hasilkan sesuatu dan bangun rasa sosialmu. Buka mata dan telingamu dan dengarkan keluh kesah dunia, dan jadikan kegiatanmu sebagai tempat bermainmu.

    Dakilah gunung-gunung, selamilah laut, jamahlah pantai. Sembari kau berkelana, resapi keluh kesah manusia dengan segala renungan,dan bantulah mereka.

Jika teman-temanmu memamerkan pacar cantik mereka, kau bisa pamerkan prestasi mu.

    ayah berharap kamu belum pacaran dulu, karena di tahap ini kamu pasti sudah mengerti esensi. Harus ayah akui, ayah dulu agak salah jalan karena tak ada yang mengajak berdiskusi. Sebenarnya itu bukan alasan sih. Cuma, dulu ayah lumayan punya prestasi sebagai siswa teladan, tidak pernah keluar dari 3 besar nilai akademik, ikut OSIS sebagai Ketua,Paskibra,Pecinta Alam, Kerohanian Islam, dan ehm, punca pacar yang lumayan cantik (Tenang saja, ibu mu yang paling cantik diantara semuanya, dia sudah tahu itu, jadi tidak perlu kau tanyakan bagian ini ke ibumu, oke ;))

    Nanti ketika kuliah, pilihlah yang sesuai minatmu, dan mulailah menghasilkan karya sesuai bidangmu. Darisitu kau akan mengasah keterampilanmu, tanpa harus menyombongkan IPK mu.

Anakku tersayang,

    ayah tahu kamu ganteng, dan banyak perempuan akan mendekatimu. Kamu pun akan tergoda untuk menanggapi dan pasti ada satu dua yang mencuri hatimu. Tapi itu belumlah saatnya, jalanmu masih panjang, dan kau akan menemukan yang terbaik kelak. Percayalah.

    Tapi jangan sakiti hati perempuan-perempuan yang mendekatimu. Mungkin kamu akan dicap sombong karena tidak merespon mereka (seperti ayah dulu), tapi fokuslah pada tujuanmu untuk mengembangkan diri. Anggap saja mereka semua sebagai teman. Kau bisa bercerita banyak, dan saling membantu, namun hanya sebatas itu.

    ayah tidak akan berbicara banyak tentang ini, karena kamu pasti akan malu. Lebih baik kau bertanya pada ibumu saja ya? Dia yang lebih paham dan tahu, bagaiman caranya bersikap dihadapan teman-teman perempuanmu.

    Kalau ayah boleh saran, fokuskan saja dirimu mempersiapkan diri, dan akan tiba saatnya ketika kau berani menemui kedua orang tua calon istrimu, untuk meminangnya menjadi istrimu dengan berani. Seperti yang ayah lakukan dahulu.

Anakku tersayang,

    Agama adalah jalan kehidupan, agar kau selamat dan menjadi orang baik. Inti dari agama adalah bagimana kita menjadi orang yang berguna, untuk itulah kenapa di rukun Islam terdapat Zakat, dimana kau membelanjakan hartamu untuk orang yang lebih membutuhkan.

    Taatlah beragama dengan kesadaran dan kebutuhan, bukan paksaan. Temukan Tuhan dengan caramu sendiri, berpikirlah bebas, namun ingat bahwa pikiran kita terbatas. Berdiskusilah, berdebatlah, namun tentu tujuanmu adalah untuk mencari kebenaran. Bukan untuk menghancurkan lawan.

    Jalani semua dengan ikhlas dalam berkorban, dan jangan pernah berharap mendapatkan balasan. Dengan begitu, niscaya hidupmu akan tenteram.

    Terakhir, ayah akan memberikan 4 point yang bisa kamu pelajari

        1. Kurangi mengeluh, bahkan terhadap dirimu sendiri.

Karena dengan mengeluh secara tidak langsung kamu mengeluarkan energi yang ada di dalam dirimu ke arah luar, tapi bukan berarti kamu tidak boleh mengeluh, karena mengeluh itu merupakan suatu hal yang manusiawi, kamu boleh mengeluh asalkan mengeluh tersebut dibarengi dengan action untuk pengembangan diri kamu juga. -Marcus Aurelius-

        2. Hindari memberitahu kepada semua orang tentang pengembangan diri kamu.

Utamakan pengembangan diri karena diri kamu sendiri, hindari untuk mendapatkan validasi dari orang-orang sekitar seperti pujian dan cari perhatian yang basically adalah hal yang tidak bisa kamu kontrol, tapi untuk hal yang kamu suka dan kamu bisa kontrol dalam pengembangan diri kamu. -Epictetus-

        3. Lakukan seluruh hal secukupnya.

Perhatikan apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu lakukan dan sadar punya batasan untuk tau apa yang cukup buatmu dan apa yang berlebihan. -Musonius Rufus-

        4. Perbanyaklah mendengar daripada berbicara.

Manusia mempunyai dua telinga dan satu mulut, artinya manusia idealnya lebih banyak mendengarkan apa yang orang lain katakan daripada berbicara. -Zeno of Citium-

    Akhir dari surat ini, ingatlah pesan ayah baik-baik : “Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman, bahkan bagi tangan yang memetiknya - Ali bin Abi Thalib”. Langkahkan kakimu, dan daki gunung kehidupan dengan berani.

Semoga berhasil, anakku lelaki tersayang.



Peluk hangat penuh cinta dari ayahmu



FAJAR IQBAL MAULANA

0 komentar: